Tuesday, November 16, 2010

Major Rudolf Sauerbrei (1919- ), Memilih Untuk Kembali Bertempur Daripada Menerima Medali!

Rudolf Sauerbrei dengan segudang medali yang telah diterimanya: Ritterkreuz, Deutsches Kreuz in Gold, Nahkampfspange in Gold, Ehrenblattspange, Eisernes Kreuz I dan II klasse, Infanterie-Sturmabzeichen, DRL Sportsabzeichen, Ostmedaille dan Verwundetenabzeichen


Untuk pengalaman hidup Herr Sauerbrei, biarlah dia sendiri yang ngahuntu:

Sebagai seorang ajudan di Führerreserve Nord di sebuah kota Prusia yang indah bernama Insterburg, aku seharusnya menjalani kehidupan yang nyaman sebagai seorang prajurit dan merasa beruntung dibandingkan dengan rekan-rekan seperjuanganku lainnya yang bersimbah darah di berbagai front pertempuran. Tapi ternyata bukan itu yang terjadi! Setelah kenaikan pangkat yang kuterima menjadi Leutnant dan pemindahanku ke Insterburg (yang begitu mengejutkan), aku tiba-tiba "tercerabut" dari karir militer yang kujalani sebelumnya bersama dengan Infanterie-Regiment 47 di Lüneburg. Sungguh menyedihkan saat aku harus meninggalkan para Kameraden yang telah menemaniku dari masa-masa menjadi kader militer dulu dan yang telah selamat dari pengalaman bertempur pertama kami selama berlangsungnya operasi di Barat (1940).

Menjelang kampanye di Timur tanggal 22 Juni 1941, kerinduanku akan "tempat bernaung" yang baru semakin menggelora waktu demi waktu (sesuatu yang tidak kurasakan di Führerreserve). Sungguh tak tertahankan bagiku kala aku harus mengirimkan para perwira yang lebih tua dan juga para ayah ke front terdepan sementara aku malah dengan nyaman berdiam diri dan hanya disibukkan oleh tugas-tugas keadministrasian yang membosankan. Akhirnya pertolongan itu tiba, dan dia datang dari atasanku yang sangat baik. Dia telah menempatkanku dalam daftar "Tugas Front". Selama hari-hari pertama bulan Juli 1941 aku ditransfer ke 121. Infanterie-Division 121 di Prusia Timur dan mengemban tugas sebagai perwira komandan di kompi sepeda Infanterie-Regiment 405. Konsep kompi sepeda sendiri merupakan hasil pemikiran pribadi komandan resimen dan sebagian besar diperuntukkan sebagai unit pengintai dan misi tempur khusus. Divisi tempat aku bergabung, yang memang asli berasal dari Prusia Timur, telah bergerak dari sejak hari pertama kampanye dan membuntikan dirinya sendiri sebagai sebuah unit yang tangguh dalam berbagai pertempuran.

Sejak saat itu, 3,5 tahun berlalu dan aku tetap tinggal di sebuah resimen Prusia Timur yang, bagiku yang merupakan orang Thüringia, terasa bagaikan di rumah sendiri. Tahun-tahun yang telah berlalu tersebut telah meyakinkanku akan kemampuan mereka dalam medan pertempuran dan kualitas-kualitas keprajuritan lainnya yang telah mereka perlihatkan selama berlangsungnya gerak maju kami dari Leningrad ke wilayah berhutan dan rawa-rawa di selatan Laut Ladoga, yang dilanjutkan ke front Wolchow. Kami tetap bertahan dalam posisi kami meskipun berkali-kali Soviet menyerang dan mencoba mematahkan pertahanan yang kami jalin. Akhirnya kami dipaksa untuk mundur ke wilayah Kurland, di barat Lettland, setelah musuh menerobos garis pertahanan Heeresgruppe Mitte. Dengan sedikit pengecualian masa-masa pemulihan dan pelatihan, secara terus menerus resimen kami bertempur tanpa henti sehingga menderita banyak korban melawan pihak yang begitu ngototnya seperti Rusia. Selama tahun-tahun yang berat tersebut kami harus bersabar dan menahan rasa letih menghadapi keadaan yang seakan tak berujung. Setelah aku menderita tiga kali luka parah (yang membuatku harus dirawat di rumah sakit), aku kembali lagi bergabung dengan para Kameraden Prusia Timurku.

Untuk sementara waktu aku memimpin sebuah kompi senapan dan di bulan November 1943 memegang komando II. Battailon dimana dengannya aku bertempur di front Kurland, tepatnya di Preekuln. Setelah Natal 1944, Pertempuran Ketiga dari Kurland telah menjelang akhirnya ketika musuh (yang kini telah berkekuatan berkali-kali lipat) membombardir posisi kami dengan serangan artileri berat dilanjutkan dengan lautan tank. Soviet berusaha untuk mengambil-alih posisi kami dan mendesak kami ke arah Laut Baltik beku yang terhampar hanya 30 km di belakang. Mereka tidak berhasil! Sayangnya, hanya bintang yang dapat mengatakan berapa lama kami, Heeresgruppe Nord yang terlupakan, mampu menahan gempuran musuh yang berlangsung terus-menerus. Ini adalah soal mati dan hidup!

Pada pagi tanggal 20 Januari 1945, kekhawatiranku sedikit terobati oleh dering telepon lapangan. Ajudan resimen telah memberitahukanku akan kedatangan komandan divisi, yang biasanya tidak terlalu sering terjadi. setelah sapaan selamat datang yang hangat dan diskusi tentang pertempuran-pertempuran yang baru saja terjadi, dia berkata bahwa dia telah mengesahkan rekomendasi agar aku mendapatkan medali Nahkampfspange (Close Combat Clasp in Gold). Tentu saja aku sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Tapi kemudian datanglah palu godam! Sang jenderal menerangkan kepadaku bahwa sesuai dengan perintah Führer maka seorang prajurit yang dianugerahi medali untuk sementara waktu harus ditarik dari front dan ditempatkan di bilik utama di garis belakang. Saat itu aku tidak mau meninggalkan pasukanku bertempur sendirian sehingga, dengan sikap yang sedikit tidak sopan, aku menanyakan pada dia apakah ini semacam lelucon atau apa. Si jenderal tetap teguh berpegang dengan perintah Führer yang diterimanya. Aku tidak menyerah dan menyarankan apakah bisa penerimaan medali tersebut ditunda terlebih dahulu sampai dengan keadaan lebih memungkinkan. Aku menerangkan alasannya bahwa banyak dari prajurit yang berada di batalionku akan bingung mengetahui ketidakhadiran komandan mereka yang tiba-tiba, terutama di saat musuh tanpa henti menghujani kami dengan tembakan. Tapi semua omongan yang aku keluarkan jatuh di telinga yang tuli dan mau tidak mau aku harus meninggalkan batalion yang kucintai. Aku mengucapkan selamat tinggal yang mengharukan pada para prajurit Prusia Timurku, dan tak lagi aku mengerti akan dunia ini. Keesokan harinya aku melaporkan diri pada staff divisi untuk "tugas khusus". Fajar itu aku bergegas pergi dengan mengendarai kuda milik unit suplai batalion, dan bahkan ketika aku menjauh dari posisi pasukanku pun aku dapat mendengar tembakan artileri musuh yang kemudian berkembang menjadi rentetan artileri berat. Pertempuran Kurland yang keempat telah dimulai dan pikiranku ada bersama dengan pasukanku yang berada di posisi paling depan dari front.

Setelah aku melaporkan diri pada komandan divisi Generalleutnant Werner Ranck, aku tak menghindari kenyatan bahwa situasi di front kini berada dalam kondisi kritis dan kacau balau. Kekuatan Soviet sepenuhnya diarahkan kepada posisi kami dan laporan pertama tentang terobosan musuh mulai datang. Tentu saja aku ingin mengetahui situasi yang kini menimpa resimenku, Infanterie-Regiment 405. Tapi tiba-tiba semua komunikasi terhenti dan aku begitu menakutkan yang terburuk kini telah terjadi. Segera aku meminta izin kepada jenderal Ranck untuk dikirimkan balik ke posisiku sebelumnya dan mengambil alih kembali komando resimen. Sang jenderal ternyata begitu kalut atas situasi yang sedang terjadi (dan lupa kenapa aku berada disana) sehingga dia langsung mengizinkanku! Aku segera memacu kudaku dengan kecepatan tinggi menuju "front". Ketika telah dekat dengan pos komando Infanterie-Regiment 405 aku langsung turun dari sadel dan mengembalikan kudaku ke kandangnya. Dengan berhati-hati aku menuju ke kompleks bunker. Aku mampu mencapai posisi komandan resimen pengganti dan melaporkan kehadiranku. Dengan diiringi oleh beberapa orang dari staff resimen, kami berhasil mencapai posisi II. Battailon (yang medannya telah aku kenal baik). Di sepanjang perjalanan kami bertemu dengan prajurit-prajurit dari unit yang telah hancur atau terpecah belah dan yang telah kehilangan komandan mereka. Aku menyadari fakta penting bahwa musuh kini akhirnya telah menduduki posisi kami dan, bagusnya, tetap berada disana tanpa berusaha meluaskan gerak maju mereka atau setidaknya menyadari posisi kami kini. Melihat kesempatan yang baik ini aku langsung memerintahkan pada pasukanku untuk menyerang balik dengan sepenuh kekuatan yang kami punyai. Kami menyerang dengan begitu mendadak dan mengerikannya sehingga cukuplah sebagai bukti bahwa musuh tak lama kemudian langsung tunggang langgang meninggalkan posisi yang baru saja mereka duduki! Tentu saja hasil tersebut tidak diraih dengan mudahnya, dan kami harus bertarung satu lawan satu untuk mengusir mereka sepenuhnya, dan kami pun menderita banyak korban karenanya. Serangan balik ini meluas, bahkan di sektor I. Battailon kami berhasil menutup kembali wilayah yang sebelumnya telah diterobos musuh, dan langsung mengorganisasi pertahanan yang seadanya demi mengantisipasi serangan yang akan datang. Kami juga mengobati para kameraden yang terluka dan mengevakuasi mereka ke garis belakang guna mendapatkan perawatan yang lebih memadai.

Setelah komandan I. Battailon terluka parah sehingga jabatannya kosong tidak ada yang menempati, aku memutuskan untuk mengisi kevakuman tersebut sehingga kini aku menjadi komandan di dua sektor pertempuran. Kami berhasil menahan setiap usaha Soviet selanjutnya yang berusaha berkali-kali menerobos pertahanan kami selama berlangsungnya Pertempuran Kurland Keempat. Selama masa kritis ini garis pertahanan Infanterie-Regiment 405 menutup kembali dan ancaman terbesar yang tadinya mengancam Heeresgruppe kami kini berhasil ditanggulangi. Tapi tentu saja masa "aman" ini tak akan berlangsung lama di Front Kurland. Ketika terjadi masa tenang dari pertempuran, maka bukan berarti kami lantas berleha-leha. Tugas kami berubah dari bertempur menjadi memperkuat pertahanan yang ada dan menggiatkan pasukan pengintai di sekeliling front. Pengintaian menjadi menu rutin yang tak jemu kami kerjakan, dan hal ini akan berlangsung secara konstan sampai dengan kegelapan melanda bumi. Atmosfir di posisi pertempuran terdepan diselimuti oleh ketegangan dan kesiapan menghadapi apapun yang akan terjadi. Kami telah terputus dari tanah air kami oleh Laut Baltik dingin yang kini berada di belakang, sementara di depan kami telah bersiap-siap musuh yang berkekuatan berkali-kali lipat dalam segalanya dan mempunyai tujuan tunggal untuk menghancurkan kami. Sampai seberapa lama kami bisa menahan beban ketegangan dan tekanan ini? Tanggal 20 Februari 1945 musuh memulai Pertempuran Kurland kelima dengan rentetan artileri berat yang berlangsung selama satu jam penuh. Posisi kami dihunjam oleh bombardiran menyeluruh yang berasal dari artileri dan "Stalin's Organ". Setelah tembakan artileri tersebut reda, kini giliran pasukan gabungan infanteri dan tank yang menyerang posisi kami. Dengan kekuatan yang kini telah berkurang jauh dan persenjataan seadanya, tentu saja kami tak mampu menggalang pertahanan yang terkonsentrasi seperti sebelumnya. Meskipun kemudian kami berhasil untuk kesekian kalinya menghalau musuh yang menyerbu ke pertahanan pos komando, tapi kini kami telah menderita begitu banyak korban, baik jiwa maupun luka. Aku sendiri sudah tak mampu bergerak ataupun bertempur karena empat luka yang kuderita selama berlangsungnya pertempuran sepanjang hari itu.

Aku tahu tak ada harapan lagi untuk bertahan, sehingga kuberi penjelasan kepada lima orang prajurit yang masih tersisa untuk menerobos kepungan musuh menuju ke garis pertahanan Jerman dengan memanfaatkan kegelapan. Aku menambahkan bahwa aku akan menyusul mereka ketika salah seorang dari mereka memotong, "Anda tidak akan berdiam disini! Anda harus ikut dengan kami, atau kalau tidak maka kami tidak akan pergi dan tetap tinggal menemani anda!"

Di tengah kegelapan malam mereka menempatkanku di sebuah kereta luncur yang telah patah dan kemudian menyeretnya melalui wilayah yang telah diduduki musuh sampai kemudian akhirnya kami tiba dengan selamat di wilayah yang menjadi markas resimen. Ternyata aku telah diperkirakan tewas dalam pertempuran karena komunikasi yang terputus, sehingga dapat kau bayangkan betapa kegembiraan mereka di pos komando kala melihatku masih hidup walau dalam keadan kepayahan! Aku segera dibawa ke ruang pertolongan pertama untuk mendapatkan perawatan secukupnya. Disana aku mendapat kabar dari komandan kompi penyembur api bahwa komandan divisi kami, Generalleutnant Ranck, telah memimpin sebuah serangan balik sore itu dengan menggunakan kompi zeni dan berhasil merebut kembali pos komando dari tangan musuh. Kabar itu telah menenangkan jiwaku. Korban yang kami derita di hari itu begitu tingginya. Semua komandan batalion dan seorang komandan resimen telah terluka atau terbunuh!

Ternyata lukaku begitu parahnya sehingga harus dilakukan beberapa operasi medis lanjutan yang dilaksanakan di rumah sakit lapangan "Strande" yang terletak di dekat pelabuhan Libau. Pada bulan Maret 1945 aku tiba di Swinemünde setelah dibawa dalam pelayaran yang menegangkan selama 11 hari dengan menggunakan salah satu kapal rumah sakit yang terakhir berangkat dari Kurland. Setelah itu perjalananku dilanjutkan menuju Neustrelitz melalui kereta api.

Kini aku dapat memikirkan dengan jernih apa-apa yang telah terjadi di masa perang, sesuatu yang saat itu tak terlintas sama sekali dalam pikiranku. Selama tahun-tahun sulit akhir perang yang dipenuhi oleh pertempuran defensif yang berdarah-darah, kadangkala kami harus mundur dari posisi kami meskipun pada saat itu sebenarnya kami telah berhasil menahan serangan musuh. Aku sendiri telah berpegang teguh pada satu prinsip: "Kenali dan lalu kerjakan apa yang telah menjadi tanggungjawabmu", dan aku berusaha untuk menunaikan tugas yang kuterima untuk negara dan tanah airku. Bersama dengan teman-teman Prusia Timurku yang pemberani, kami telah mampu membalik banyak keadaan kritis dan tanpa harapan menjadi sebuah kemenangan. Bahkan di situasi paling kritis pun kami selalu berusaha menjalankan kewajiban yang berada di pundak kami sebaik mungkin, sebab itu semua berkaitan langsung dengan kehormatan kami sebagai prajurit yang selalu siap berkorban demi bangsa dan negaranya. Intinya, sebagai seorang komandan sebuah unit militer, maka tanggungjawab terbesarku adalah kepedulian pada orang-orang yang berada di bawah perintahku dan selalu bersama mereka apapun yang terjadi.

Fakta bahwa aku telah berhasil selamat keluar dari sebuah perang yang begitu mengerikan dengan menderita tujuh luka dalam pertempuran dan kemudian kembali ke rumahku adalah sesuatu yang sulit kumengerti sampai saat ini. Apakah itu semua karena frase "keberuntungan seorang prajurit", keberuntungan seorang "anak minggu", ataukah hanya takdir dari Tuhan? Aku tak tahu jawabannya, tapi aku percaya bahwa semua faktor ini mempunyai peran atas keselamatanku. Satu hal yang aku tahu pasti: tanggal 20 Februari 1945, lima orang Kameraden Prusia Timur yang pemberani (yang juga sama terluka dan menempuh resiko yang sangat besar atas jiwa mereka di tengah situasi yang begitu berbahaya) telah bersusah payah menyeretku dengan menggunakan kereta luncur melalui wilayah musuh dan membawaku ke tempat yang aman. Orang-orang ini telah membuatku terhindar dari kemungkinan menjadi tawanan Soviet dan kemungkinan lain yang lebih buruk. Atas semua ini aku mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada mereka. Aku ingin membagi semua penghargaan dan medali yang telah kuterima bersama dengan prajurit-prajurit Prusia Timurku yang pemberani, yang tanpanya mustahil aku dapat menghindari bencana yang nyata dan pasti. Mereka tetap setia disampingku demi menyelesaikan tugas yang kami emban. Berkaitan dengan Close Combat in Gold, maka aku tak pernah mendengar atau menyaksikan penghargaan lain yang tak dapat kuraih tanpa bantuan mereka (orang-orang Prusia Timur). Kesetiakawanan berarti pula kehormatan; sebuah janji tanpa kata! Terkembang dalam perintah ini: mempunyai tujuan; kuat; dan selalu bergerak maju!


Sumber :
www.stengerhistorica.com
www.wehrmacht-awards.com



No comments: